Wednesday, September 3, 2014

3 Tindakan Pendaki Gunung yang Merusak Alam



Tidak bisa dipungkiri, sejak meledaknya film 5 Cm, kegiatan mendaki gunung telah menjadi tren dan gaya hidup bagi banyak orang. Tidak peduli latar belakang, tua, muda, pria, wanita, anak-anak, orang dewasa, kuat ataupun lemah. Mendaki gunung seolah-olah telah menjadi patokan dari tingkat ke”keren”an seseorang. Akan tetapi banyak orang yang tidak sadar telah melakukan beberapa tindakan yang merusak alam. Ada banyak pendaki yang melakukan hal-hal tidak terpuji yang dilakukan tanpa merasa berdosa yang merusak alam. Akan tetapi pada postingan ini hanya dibahas 3 tindakan yang merusak alam tersebut. Adapun beberapa tindakan yang merusak alam itu adalah sebagai berikut:

1.    Memetik edelweis

cara menjaga alam gunung
gambar ambil dari internet

Siapa coba yang tidak tertarik dengan bunga yang bernama edelweis. Bunga yang hanya bisa tumbuh di daerah diatas ketinggian 2000 mdpl ini menjadi incaran para pendaki labil yang sok menjadi “pejuang cinta”. Predikatnya sebagai bunga abadi menyebabkan bunga ini banyak diambil dan dijadikan “oleh-oleh” bagi para pendaki kepada pacar/gebetannya sebagai bukti keabadian cintanya. Bahkan pernah saya melihat sebuah surat kabar yang menulis tentang betapa romantisnya perjuangan yang dilakukan oleh seseorang tersebut kepada pacarnya. Bagaimana ia berjuang mendaki gunung hanya untuk mendapatkan edelweis. Padahal kita semua tahu bahwa seharusnya edelweis menjadi flora yang langka karena wilayah tumbuhnya tersebut.  Coba bayangkan seandainya semua pendaki menjadi “pejuang cinta” ?? mungkin dalam waktu satu bulan semua edelweis di Indonesia telah punah.

2.    Melakukan vandalisme

niat yang baik dengan cara yang salah             sumber : internet 


Entah sejak kapan mencorat-coret di batu atau pohon menjadi hal yang populer. Apabila hal ini terjadi sebelum kertas ditemukan, mungkin saya akan sedikit mengerti. Tapi, hey sekarang sudah moderen bung. Tidak sedikit pendaki yang membawa perbekalan berupa spidol sebagai bahan pelampiasan kenikmatannya mendaki gunung. Apa coba gunanya menulis nama dibatu??sebagai kenang-kenangan?? Sebagai batu nisan?? Yang ada juga nama itu jadi tempat untuk diinjak-injak. Baru-baru ini pada Agustus 2014 ditemukan jejak-jejak vandalisme dari oknum pendaki Indonesia yang melakukan pendakian di Gunung Fuji, Jepang. Sebuah tindakan yang sangat memalukan dan mencoreng nama baik pendaki Indonesia.

3.    Membuang sampah sembarangan

sumber: Internet

Yah, inilah mungkin Indonesia. Tidak di gunung, tidak di kota, sampah selalu dibiarkan berserakan dimana-mana. Banyak orang yang terkesan sangat cuek dan enggan membawa sampahnya turun gunung karena tidak ingin repot. Salah satu prinsip mendaki saya adalah pergi sama-sama, pulangnya juga sama-sama, termasuk bersama sampahnya. Saking malasnya orang membuang sampah pada tempatnya, saya pernah melihat pendaki yang berbendera komunitas pecinta alam yang membakar sampah kemudian menimbunnya ditanah. Saya yakin mereka tahu bahwa butuh waktu puluhan tahun bagi bakteri untuk mengurai sampah-sampah tersebut, apalagi jika dibakar setengah-setengah.  Jika tidak ingin meninggalkan sampah, jangan bawa perbekalan yang berpotensi menjadi sampah atau sekalian saja tidak perlu naik gunung.

Itulah 3 hal yang ingin saya bagi pada postingan kali ini. Semoga tindakan-tindakan itu semakin bisa diminimalisir oleh pemerintah, dan semoga masyarakat Indonesia semakin sadar akan bahaya dari tindakan-tindakannya tersebut.
Saya juga yakin bahwa hal-hal seperti ini tidak dilakukan oleh semua pendaki, melainkan hanya sebagian dari mereka yang belum tercerahkan, karena diluar sana masih banyak pendaki yang sadar dan bahkan rela untuk membawa turun sampah-sampah milik orang lain.

Akhir kata SELAMATKAN ALAM INDONESIA.
Previous Post
Next Post